Sejarah Candi Borobudur, Peninggalan Dinasti Syailendra Di Tanah Jawa
![]() |
Penampakan Candi Borobudur Dari Atas[]photo via trevaloka |
Balai perlindungan borobudur pada situsnya menyebutkan, sejarawan j.G. De casparis beropini bahwa pendiri candi borobudur merupakan raja samaratungga yang memerintah pada 782-812 masehi, masa dinasti syailendra. Candi borobudur dibangun buat memuliakan agama budha mahayana. Pendapat itu sesuai interpretasi prasasti berangka tahun 824 masehi dan prasasti sri kahulunan 842 masehi.
Cagar budaya kementerian pendidikan dan kebudayaan pada situsnya menyebutkan, terdapat tafsiran lain yang menuturkan bahwa candi borobudur bukanlah semata-mata berlatar kepercayaan buddha. Lebih asal itu, bangunan candi dipengaruhi sang konsep pemujaan leluhur yg diwujudkan dalam bentuk bangunan berteras. Oleh karena itu, candi borobudur mempunyai keragaman fungsi yakni monumen buat memuliakan leluhur pendiri dinasti syailendra dan memuliakan kepercayaan buddha.
Menemukan Kembali Borobudur
Candi borobudur terletak pada desa borobudur, kecamatan borobudur, kabupaten magelang, provinsi jawa tengah. Situs sejarah itu sempat ditinggalkan. Dugaan sementara sejumlah pakar, penyebab kompleks candi tadi ditinggalkan ialah malapetaka gunung merapi meletus pada 1006. Tetapi, akibat penelitian geologi, vulkanologi, serta arkeologi belum bisa membuktikan letusan hebat tadi.
Pada abad ke-18, dapat dipastikan candi borobudur sudah tidak dipergunakan lagi. Beberapa naskah jawa, galat satunya centhini, menjelaskan lokasi candi ini sebagai bukit atau daerah yg bisa membawa kematian atau kesialan. Ialah, tempat ini telah ditinggalkan menjadi tempat suci agama buddha.
Di 1814, candi borobudur kembali ditemukan. Balai konservasi borobudur pada situsnya menjelaskan, sir thomas stanford raffles, gubernur jenderal inggris menerima info bahwa pada wilayah kedu ditemukan susunan batu bergambar. Lalu, raffles mengutus seseorang belanda bernama cornelius buat memimpin pembersihan situs yang saat itu tertutup sang tanah, semak belukar, serta pepohonan.
Di 1835, pembersihan itu dilanjutkan oleh residen kedu yg bernama hartman. Bukan hanya pembersihan, beliau pula mengadakan penelitian tentang situs tadi. Tetapi, laporan mengenai penelitian ini bukan pernah terbit.
![]() |
photo via trevaloka |
Perbaikan borobudur
Pemugaran akbar-besaran candi borobudur tercatat sebanyak dua kali, berdasarkan info asal balai perlindungan borobudur. Pemugaran pertama dilakukan oleh pemerintah hindia belanda dibawah pimpinan van erp dan kedua oleh pemerintah indonesia diketuai sang soekmono. Perbaikan pertama pada 1907-1911, dilakukan sepenuhnya oleh pemerintah hindia belanda pada bawah komando van erp. Pemerintah hindia belanda setuju buat menggelontorkan dana 48.000 gulden buat perbaikan candi.
Sasaran perbaikan lebih banyak ditujukan pada bagian zenit candi ialah 3 teras bundar dan bagian stupa.
Perbaikan ke 2 di 1973 – 1983, oleh pemerintah indonesia di bawah komando soekmono. Sesuai info berasal situs cagar budaya kementerian pendidikan dan kebudayaan, pada 1955 pemerintah indonesia mengajukan permintaan pada unesco guna membantu menangani dilema candi borobudur. Unesco mendatangkan tenaga pakar yaitu prof. Dr, p. Coremans, ketua laboratoire central des musees de belgique. Coremans mendiagnosa bahwa candi borobudur menderita penyakit “kanker batu”, Bila dibiarkan akan menghancurkan batu-batu candi secara perlahan.
Pada 1960, borobudur dinyatakan dalam keadaan darurat. Unesco pun terlibat lebih aktif dalam upaya pelestarian ini. Pada 1971, dilakukan upaya penyelamatan candi borobudur secara akbar-besaran, sehabis unesco menyetujui anugerah donasi pemugaran candi. Pada 23 februari 1983, perbaikan candi borobudur dinyatakan selesai. Selanjutnya, presiden soeharto meresmikan pembukaan candi borobudur bagi masyarakat luas. Di 1991, candi borobudur bersama-sama menggunakan candi pawon dan candi mendut ditetapkan unesco menjadi warisan budaya global. Unesco memberi nama situs ini borobudur temple compounds. Di 2008, tempat candi borobudur dinyatakan menjadi tempat strategis nasional. Langkah ini diikuti dengan peninjauan dan penataan balik zonasi kawasan tadi.[]