24 C
id

Sejarah Kesultanan Malaka dan Posisinya sebagai Pusat Perdagangan, Pendidikan, dan Kebudayaan di Asia Tenggara

Sejarah Kesultanan Malaka dan Posisinya sebagai Pusat Perdagangan, Pendidikan, dan Kebudayaan di Asia Tenggara
Replika Istana Kesultanan Malaka. (Foto: tangkapan layar/Net)
ACHEHNETWORK.COM - Pada awal abad ke-15 Masehi, Kerajaan Malaka, yang kemudian menjadi Kesultanan Malaka setelah memeluk Islam, berdiri di Semenanjung Malaya. Sumber sejarah mengenai kerajaan ini sedikit karena lokasinya yang dekat dengan Selat Malaka, namun kerajaan ini pernah memiliki salah satu bandar dagang paling ramai di kawasan Asia Tenggara dan pusat pemerintahannya berada di Melaka, yang sekarang merupakan wilayah negara Malaysia.

Asal-usul berdirinya Kerajaan Malaka bermula dari serangan Majapahit pada akhir abad ke-14 Masehi. Parameswara, raja kecil yang membawahi Tumasik, terpaksa melarikan diri bersama para pengikutnya yang masih tersisa. Mereka menyusuri pesisir Selat Malaka dan akhirnya mendirikan kerajaan baru di tepi Selat Malaka pada tahun 1405 M.

Menurut catatan Mariana dalam Modul Sejarah Indonesia Kelas X (2020:4), raja Malaka pertama bernama Iskandar Syah. Setelah memeluk agama Islam, Parameswara menjadi Iskandar Syah. Ia menyadari pentingnya pengakuan kerajaan lain terhadap kedaulatan Kerajaan Malaka, sehingga mengirim beberapa orang ke Kekaisaran Tiongkok (Cina). Kaisar Zhu Di, pemimpin Dinasti Ming periode 1402-1424 M, menerima permintaan tersebut dengan syarat bahwa Malaka harus membayar upeti berkala kepada Kekaisaran Cina. Iskandar Syah bahkan sempat berkunjung ke Cina.

Kekaisaran Cina siap membantu apabila Kesultanan Malaka mendapatkan masalah, seperti yang terjadi pada tahun 1409 ketika Malaka diserang oleh Kerajaan Siam (Thailand). Pasukan dari Cina yang dipimpin oleh panglima perang muslim bernama Laksamana Cheng Ho pun datang membantu Malaka, sehingga situasi kembali aman. Tahun 1411, Iskandar Syah melakukan perjalanan kembali ke Cina, dikawal oleh 450 orang dalam lawatannya ke Tiongkok.

Sultan Iskandar Syah menjadi pahlawan kesultanan Malaka. Menurut Mariana, Malaka berkembang sebagai salah satu kerajaan Islam terbesar yang disegani di Asia Tenggara. Kesultanan Malaka berhasil memperluas wilayahnya hingga mencakup seluruh daerah Semenanjung Malaya. Lokasinya yang strategis membuat kerajaan maritim ini cukup berpengaruh dalam perdagangan internasional pada masa-masa itu. Selain dalam perekonomian, Kesultanan Malaka juga menjadi salah satu pusat penyebaran dan pengajaran agama Islam di kawasan tersebut. Para ulama dan cendekiawan Islam banyak datang ke Malaka untuk berkumpul dan bertukar informasi.

Kesultanan Malaka juga dikenal sebagai pusat kebudayaan dan seni pada masa itu. Salah satu warisan budaya Kesultanan Malaka yang masih terkenal hingga kini adalah tari-tarian tradisional seperti tari inai, tari zapin, dan tari joget. Selain itu, Kesultanan Malaka juga dikenal sebagai penghasil senjata tradisional, seperti keris dan pedang.

Namun, kesultanan ini tidak selalu mengalami masa kejayaan. Pada tahun 1511, kesultanan ini dijatuhkan oleh Portugis dalam Pertempuran Malaka. Sejak saat itu, Malaka menjadi wilayah jajahan Portugis selama hampir 130 tahun, kemudian jatuh ke tangan Belanda pada abad ke-17.

Meskipun telah lama hilang, Kesultanan Malaka masih diingat sebagai salah satu kerajaan maritim terbesar dan paling berpengaruh di Asia Tenggara pada masanya. Warisan budaya dan sejarahnya masih dapat dilihat dan dinikmati oleh generasi masa kini.[]

Ohya, Sahabat Pembaca.. Jika kalian punya cerita unik, artikel menarik, tips berguna atau pun berita kejadian terkini, Silakan kirim ke Admin Acheh Network..!!
Whatsapp:
0812-6537-7302 (Pesan saja/tidak menerima panggilan telepon)

ARTIKEL TERKAIT

Terupdate Lainnya

Tinggalkan Komentar Anda

iklan

REKOMENDASI UNTUK ANDA