Tingkat Perceraian di Abdya Meningkat, Namun Diprediksi Akan Turun pada 2023

Ketua Mahkamah Syar’iyah Blangpidie, Muhammad Nawawi (Foto: tangkapan layar)

BLANGPIDIE - Mahkamah Syar’iyah Blangpidie, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), mencatat terjadi 56 kasus perceraian yang diajukan oleh pihak suami maupun istri di wilayah tersebut sejak Januari hingga awal Mei 2023. Ketua Mahkamah Syar’iyah Blangpidie, Muhammad Nawawi mengungkapkan bahwa sebagian besar gugatan cerai tersebut diajukan oleh istri atau yang dikenal dengan cerai gugat.

Dari 46 kasus cerai gugat yang diajukan oleh istri, sudah diputus sebanyak 40 perkara, sementara cerai talak atau yang diajukan oleh suami mencapai 10 perkara dan sudah diputuskan sembilan kasus.

Nawawi menjelaskan bahwa dari total perkara yang diajukan, 39 gugatan cerai gugat dan tujuh cerai talak telah dikabulkan, sedangkan yang lainnya masih dalam proses atau berhasil dicabut melalui mediasi. Ia menambahkan bahwa penyebab utama pengajuan perceraian adalah perselisihan dan pertengkaran antara pasangan suami istri, disamping faktor perekonomian yang lemah sering kali menjadi pemicu perselisihan dalam rumah tangga.

Nawawi berharap bahwa angka perkara perceraian di Abdya pada 2023 dapat menurun. Hal ini disebabkan oleh jumlah rata-rata perkara yang diajukan per bulan yang lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Dalam tahun 2022, terdapat sebanyak 184 kasus perkara perceraian yang ditangani oleh Mahkamah Syar’iyah Blangpidie, dimana cerai gugat yang diajukan oleh istri mencapai 147 kasus, dan yang dikabulkan sebanyak 140 perkara. Sedangkan cerai talak mencapai 37 perkara dan dikabulkan sebanyak 33 perkara.

Meskipun Nawawi memprediksi bahwa angka perkara perceraian di Abdya pada 2023 akan turun, ia menegaskan bahwa jika angka ini tetap tinggi, maka akan menunjukkan bahwa masih banyak masalah yang terjadi. Oleh karena itu, perlu adanya upaya dari semua pihak untuk mencegah terjadinya perselisihan dalam rumah tangga dan memperkuat kesejahteraan ekonomi keluarga.