Wacana Pemindahan Ibukota Provinsi Aceh, Benarkah?, ke Subulussalam Atau Aceh Tengah?
![]() |
Warna merah lokasi Aceh Tengah dan Kota Subulussalam (Foto: wikipedia) |
Saat ini, ibukota provinsi yang bernama asli Nanggroe Aceh Darussalam berada di Banda Aceh.
Namun, letak Banda Aceh di ujung Pulau Sumatera dinilai kurang strategis sebagai pusat pemerintahan karena kesulitan akses bagi daerah perbatasan yang membutuhkan waktu yang lama untuk mengurus birokrasi.
Aceh memiliki luas wilayah yang cukup besar, mencapai 56.830,09 km2, dengan 18 kabupaten dan 5 kota, serta jumlah penduduk yang terus meningkat.
Menurut catatan BPS pada tahun 2022, penduduk Aceh mencapai 5.407.855 jiwa, mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai 5.333.733 jiwa.
Peningkatan jumlah penduduk ini membawa tantangan baru bagi pemerintah setempat.
Kenaikan penduduk harus diiringi dengan peningkatan kualitas pelayanan birokrasi.
Bayangkan jika daerah-daerah perbatasan harus mengurus administrasi ke pusat pemerintahan di Banda Aceh.
Oleh karena itu, usulan untuk memindahkan ibukota ke lokasi yang lebih strategis dan mudah dijangkau menjadi solusi terbaik.
Selain itu, masalah kepadatan penduduk di ibukota saat ini juga sudah menjadi kekhawatiran.
Banda Aceh merupakan kota terkecil di provinsi tersebut, hanya memiliki luas 55,85 km2.
Jumlah penduduknya pada tahun 2022 telah mencapai 257.635 jiwa, naik drastis dari tahun sebelumnya yang hanya 255.029 jiwa.
Calon ibukota baru Aceh adalah sebuah kabupaten terpencil.
Meskipun jaraknya 456 km dari Subulussalam dan 354 km dari Banda Aceh, jika dilihat di peta, lokasinya sangat strategis.
Kabupaten terpencil ini memiliki luas wilayah yang cukup besar, yaitu 4.521,7 km2, dengan jumlah penduduk pada tahun 2022 masih di bawah Banda Aceh, sebesar 222.673 jiwa.
Kabupaten terpencil ini dulunya merupakan sentra pengolahan kopi Gayo yang terkenal.
Kopi dari kabupaten ini bahkan diekspor oleh Belanda ke Eropa, menjadikannya komoditas unggulan.
Usulan pemindahan ibukota ke kabupaten terpencil ini diajukan oleh Indra Perdana, mantan Sekretaris Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Aceh.
Lokasinya yang berada di tengah-tengah provinsi dinilai cocok menjadi ibukota sehingga jarak ke daerah perbatasan tidak terlalu jauh. Kabupaten yang dimaksud adalah Aceh Tengah.
Sayangnya, usulan ini belum mendapatkan respon dari otoritas terkait dan masih berada dalam ranah wacana.
Namun, wacana pemindahan ibukota ini terus mengguncang dan menimbulkan perbincangan di Aceh.(*)
Ikuti Kami di FB: Acheh Network Media
Jgn dilihat peta karna orang mau ke kota propinsi tdk melalui peta tapi melalui jalan, maka jalan diperbaiki dan dibuka jalan baru sebagai akses
ReplyDeleteSeperti nya ini butuh jabatan baru, pikirkan kesejahteraan rakyat dulu. Jangan pikirkan keuntungan pribadi saja.
ReplyDeleteMantap tu kalau takengon dijadikan ibu kota propensi Aceh
ReplyDeleteBiar pas di tengah melaboh aja
ReplyDeletePindah sama sini akan menciptakan korupsi sana sini. Pening awak bacanya😀😀😀😀 sukak2 Kelen lah.
ReplyDeleteBaru di media ini saya mmbca rencana pemindahan iprov aceh padahal saya sdah puluhan tahun tggal di iprov..politik apalagi ini..
ReplyDeleteMau tanya,,siapa yg merencanakan ini.
Silakan di search di pencarian google pak.. mungkin anda lambat informasi
DeleteArtikelnya maaih belum mengena karena tidak ada penyebutan Ac*h T*ng*h pada paragraf 'Meskipun...'.
ReplyDeleteSemoga perbaikan dan apapun wacana yang disampaikan dari masyarakat menurut saya wajar2 saja selama tidak ada unsur untuk mementingkan diri sendiri apalagi ada tujuan politisnya. Tksh
Andai jalan dibuka dari segala jalur tengah juga barat diperbaiki TDK terlalu jauh Banda Aceh subusalam.,yg mendesak sekarang blm.ada pemerataan
ReplyDeleteSemua ada kepentingan politik pejabat
ReplyDeleteNyangna teupeu Pinah nyo pinah Jeh, padum go kalheuh tapike pat ta cok peng Dum. Dan kota yang kana keupeu keuneuk peuget. Kon bacut abeh peng.
ReplyDeleteHana meupeule Dum wacana.
Strategis bagi yang punya kepentingan politik dan bisnis.
ReplyDelete