24 C
en

Ratu Nurul Alam Naqiatuddin Syah: Memerintah di Negeri Aceh dengan Kebijaksanaan Hebat!

Ratu Nurul Alam Naqiatuddin Syah, Kepemimpinan perempuan di Kerajaan Aceh, Sultanah pertama Kerajaan Aceh, Adat Meukuta Alam, Aceh Lhee Sagoe, Syaikh Abdur Rauf (Tgk Syiah Kuala), Reformasi sistem pemerintahan Aceh, Mata uang emas Kerajaan Aceh
Lukisan Ratu Nurul Alam Naqiatuddin Syah (Foto: wikipedia)
Achehnetwork.com - Dalam kisah gemilang sejarah Kerajaan Aceh, terdapat seorang penguasa yang begitu hebat dan penuh inspirasi, dikenal sebagai Sultanah Nurul Alam Naqiatuddin Syah.


Pada periode kekuasaannya dari tahun 1675 hingga 1678 Masehi, dia menggantikan Ratu Safiatuddin, sultanah pertama Kerajaan Aceh.

Meskipun masa pemerintahannya terbilang singkat, namun jejaknya dalam meneruskan kepemimpinan perempuan di tahta kerajaan sungguh tak terlupakan.


Kisahnya yang menarik ini diungkapkan oleh para sejarawan Aceh seperti Gade Ismail dan Rusdi Sufi dalam buku "Wanita Utama Nusantara dalam Lintasan Sejarah".

Menurut manuskrip silsilah keturunan sultan-sultan Aceh yang tersimpan di Universitas Kebangsaan Malaysia, Sultanah Nurul Alam Naqiatuddin Syah adalah putri dari Malik Radiat Syaikh Hitam, yang merupakan putra Firman Ali Riayat Syah, yang pada gilirannya adalah putra Said Al Mukammil.


Selama pemerintahannya, Ratu Naqiatuddin bekerja sama dengan Syaikh Abdur Rauf, yang juga dikenal sebagai Tgk Syiah Kuala, seorang ulama besar Aceh pada masa itu.

Syaikh Abdur Rauf menjabat sebagai Mufti sejak masa pemerintahan Ratu Safiatuddin.

Dia memberikan masukan berharga kepada Ratu Naqiatuddin untuk melakukan perubahan dalam sistem pemerintahan Kerajaan Aceh.

Perubahan tersebut kemudian dicatat dalam bentuk undang-undang dasar Kerajaan Aceh yang dikenal dengan Adat Meukuta Alam.


Undang-undang Adat Meukuta Alam ini memiliki arti yang sangat penting bagi Kerajaan Aceh. 

Membagi kerajaan menjadi tiga federasi yang dikenal dengan sebutan Aceh Lhee Sagoe (Aceh tiga sagi).

Masing-masing sagi terdiri dari beberapa mukim, dan berdasarkan jumlah mukim yang disatukan, ketiga sagi tersebut dinamai: Sagi XXII Mukim, Sagi XXV Mukim, dan Sagi XXVI Mukim.

Setiap sagi memiliki seorang pemimpin yang disebut Panglima Sagoe.


Tindakan Ratu Naqiatuddin dalam membentuk federasi Aceh Lhee Sagoe merupakan langkah maju untuk menciptakan pemerintahan yang lebih terpusat dan efisien.

Dengan memberikan otonomi kepada ketiga wilayah di sebelah barat, timur, dan selatan Kerajaan Aceh, dia mengurangi beban kerajaan dan meningkatkan efektivitas pengawasan.

Para Panglima Sagoe berperan sebagai perpanjangan tangan raja yang memantau pelaksanaan pemerintahan di wilayah masing-masing, sehingga menjaga kesatuan dan stabilitas kerajaan.


Karya dan prestasi Ratu Naqiatuddin Syah tidak berhenti di situ saja.

Dia juga menciptakan mata uang emas dengan bentuk dan tulisan Arab yang menampilkan nama dan gelarnya, yaitu "Sri Paduka Sultanah Nurul Alam", serta akasara Arab "Naqiat ad-Din Syah Berdaulat".

Mata uang emas ini memiliki mutu yang tinggi, terbuat dari emas 17 karat dengan berat 0,59 gram. Hal ini menunjukkan keseriusannya dalam memperkuat ekonomi Kerajaan Aceh.


Namun, masa pemerintahan Ratu Naqiatuddin Syah juga diwarnai oleh sebuah petaka.

Kebakaran yang melanda Mesjid Raya Baiturrahman dan istana kerajaan yang penuh dengan perhiasan dan barang berharga merupakan cobaan besar bagi kerajaan.

Meskipun pemerintahannya berlangsung hanya selama tiga tahun, Ratu Naqiatuddin mampu mencatatkan banyak kemajuan yang signifikan dalam tata kelola pemerintahan Kerajaan Aceh, dibandingkan dengan masa pemerintahan ratu sebelumnya, Ratu Safiatuddin Syah yang memerintah selama 35 tahun.

Ratu Naqiatuddin Syah mengembuskan napas

Lanjut Halaman 2..

Ratu Naqiatuddin Syah mengembuskan napas terakhirnya pada hari Ahad, waktu dhuha, tanggal 29 Zulkaidah.

Mengacu pada penanggalan Masehi, kematiannya jatuh pada hari Minggu, 23 Januari 1678.

Wafatnya Ratu Naqiatuddin merupakan kehilangan besar bagi Kerajaan Aceh, namun jejak kepemimpinannya dan prestasinya akan selalu diingat dan diwariskan dalam sejarah Aceh.


Ratu Naqiatuddin Syah merupakan sosok pemimpin hebat yang berani berinovasi dalam sistem pemerintahan dan mengambil langkah-langkah maju untuk kemajuan Kerajaan Aceh.

Warisan kebijaksanaannya tidak hanya berpengaruh pada masanya, tetapi juga memberikan inspirasi bagi para pemimpin perempuan di masa depan untuk terus memperjuangkan keadilan dan kemajuan bagi bangsa dan negara.(*)

Dapatkan update berita dan artikel menarik lainnya dari Acheh Network di GOOGLE NEWS

Ikuti kami di Fb Acheh Network Media

Older Posts
Newer Posts