Martti Ahtisaari, Mantan Presiden Finlandia dan Pembawa Damai Global Sekaligus Juru Damai Aceh meninggal Dunia
![]() |
Mantan Presiden Finlandia, Martti Ahtisaari (wikipedia) |
News, AchehNetwork.com - Hari Senin, 16 Oktober 2023, akan dikenang sebagai hari yang mendalam bagi Finlandia dan dunia.
Mantan Presiden Finlandia, Martti Ahtisaari, telah meninggalkan kita pada usia 86 tahun.
Dikenal sebagai salah satu tokoh paling cemerlang dalam sejarah politik Finlandia, Ahtisaari telah memberikan kontribusi luar biasa dalam mempromosikan perdamaian dan diplomasi global.
Martti Ahtisaari memegang jabatan presiden Finlandia dari tahun 1994 hingga 2000.
Seiring dengan masa jabatannya yang luar biasa ini, ia meraih reputasi dunia sebagai seorang mediator perdamaian ulung dan penerima Hadiah Nobel Perdamaian.
Namanya akan selalu dihubungkan dengan berbagai upaya diplomasi yang menjembatani konflik-konflik yang membara.
Salah satu momen penting dalam kariernya adalah ketika ia berperan sebagai mediator dalam konflik Aceh.
Ahtisaari sukses merundingkan pemulihan hubungan antara pemerintah Indonesia dan wilayah Aceh yang kala itu tengah berjuang untuk memisahkan diri.
Kontribusinya dalam membawa perdamaian ke daerah konflik ini sangat dihargai.
Namun, perjalanan kariernya tidak berhenti di sana. Martti Ahtisaari mengakhiri masa tugasnya dalam dunia publik pada bulan September 2021, menghadapi tantangan demensia yang merenggut daya ingatnya.
Namun, warisannya dan dedikasinya dalam menjalani pekerjaan yang luar biasa akan selalu diingat.
Presiden Finlandia saat ini, Sauli Niinistö, memberikan penghormatan kepada pendahulunya dengan kata-kata yang penuh rasa hormat.
"Kami menerima kabar meninggalnya Presiden Martti Ahtisaari dengan kesedihan yang mendalam," kata Niinistö. "Martti Ahtisaari percaya pada manusia, peradaban, dan kebaikan, dan dia menjalani kehidupan yang luar biasa."
Martti Ahtisaari dilahirkan di Vyborg pada tahun 1937, ketika kota tersebut masih menjadi bagian dari Finlandia, meskipun sekarang berada di wilayah Rusia.
Ia memulai kariernya dalam masa sulit Finlandia, saat negara tersebut tengah dilanda depresi ekonomi dan berhadapan dengan perubahan besar pasca-runtuhnya Uni Soviet.
Selama tahun pertama masa kepresidenannya pada tahun 1994, Ahtisaari memimpin referendum yang menentukan Finlandia untuk bergabung dengan Uni Eropa.
Meskipun berhasil dalam upayanya, isu keanggotaan UE memicu perselisihan antara Ahtisaari dan Esko Aho, yang saat itu menjabat sebagai perdana menteri.
Setelah meninggalkan jabatan presiden, Martti Ahtisaari terus menjalani peran sebagai mediator perdamaian di berbagai konflik dunia, termasuk di Indonesia, Kosovo, dan Irlandia Utara.
Puncak karier diplomatisnya adalah ketika ia dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 2008.
Komite Nobel memuji Ahtisaari karena dedikasinya dalam mempromosikan persaudaraan antar bangsa dan gayanya yang tak kenal lelah dalam memediasi konflik, tanpa pernah menonjolkan diri.
Warisannya sebagai tokoh perdamaian global akan terus memancar cahaya dalam sejarah diplomatik Finlandia dan dunia.(*)