24 C
id

4 Bahasa Daerah Indonesia yang Terancam Punah, Apakah Bahasa Aceh Termasuk?

Bahasa Daerah yang Hampir Punah
Ilustrasi/Foto: net


AchehNetwork.com - Indonesia, negeri kepulauan yang kaya akan keberagaman budaya, termasuk dalam keragaman bahasa daerahnya.

Bahasa-bahasa ini tidak hanya menjadi identitas setiap daerah, tetapi juga menjadi bagian tak terpisahkan dari kekayaan budaya bangsa Indonesia.

Namun, ironisnya, seiring berjalannya waktu, keberadaan anak-anak yang mahir berbahasa daerah semakin langka.

Bahkan, beberapa bahasa daerah terancam punah karena minimnya generasi muda yang mampu mempertahankannya.


Dalam upaya menjaga warisan bahasa daerah, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, dan Riset (Kemendikbudristek) membagi kategori keterancaman bahasa menjadi dua, yaitu sangat terancam dan sangat terancam.

Semakin sedikit penuturnya, semakin tinggi tingkat keterancaman bahasa tersebut.



1. Bahasa Retta: Menghidupkan Kembali Pesona Kepulauan Alor, NTT


Bahasa Retta, yang digunakan oleh penduduk Kepulauan Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT), kini menghadapi ancaman kepunahan.

Data dari Peta Bahasa Kemendikbud menunjukkan bahwa bahasa Retta kini menjadi minoritas di beberapa kecamatan, seperti Kecamatan Pulau Pura dan Kecamatan Alor Barat Laut.

Keberagaman bahasa di wilayah ini semakin menipis, dengan mayoritas masyarakat beralih ke bahasa Blagar dan Melayu.



2. Bahasa Saponi: Merawat Jejak Bahasa di Tanah Papua


Bahasa Saponi, bahasa ibu di Kabupaten Waropen, Papua, juga terancam punah.

Digunakan oleh etnik Woria di kampung Botawa dan Kampung Ruambak SP, bahasa ini menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas masyarakat setempat.

Namun, keberlangsungan bahasa ini kini dipertanyakan, mengingat jumlah penuturnya yang semakin menyusut.



3. Bahasa Ibo: Melodi Bahasa yang Terancam di Halmahera Barat


Bahasa Ibo (Ibu) merupakan bahasa yang dituturkan oleh masyarakat Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara.

Meskipun kaya akan melodi dan makna, bahasa ini menghadapi ancaman kepunahan karena minimnya jumlah penutur, terutama di Desa Gamlamo, Kecamatan Ibu.



4. Bahasa Meher: Memperjuangkan Kelangsungan Bahasa Pulau Kisar, Maluku


 Bahasa Meher, yang diucapkan oleh etnis Meher di Pulau Kisar, Maluku, terancam punah karena pergeseran preferensi generasi penerus.

Kuatnya penggunaan bahasa Melayu Ambon dianggap sebagai simbol prestise, menyebabkan bahasa Meher terpinggirkan dan kini berada dalam kategori sangat terancam punah.


Keterancaman bahasa daerah Indonesia menjadi panggilan untuk bersama-sama melibatkan diri dalam upaya pelestarian.

Hanya dengan kesadaran dan tindakan nyata kita dapat menjaga keberagaman bahasa sebagai bagian yang tak terpisahkan dari identitas bangsa Indonesia.


Bagaimana dengan keberlanjutan bahasa Aceh? Tidak dapat dipungkiri bahwa bahaya kepunahan mengintai, terutama ketika generasi muda Aceh mulai kehilangan minat dan rasa bangga dalam berbicara menggunakan bahasa ibu mereka.


Fenomena ini semakin terlihat di kota-kota, di mana banyak generasi muda Aceh beralih ke penggunaan bahasa Indonesia sebagai pilihan utama.

Bahkan, ada yang tidak lagi mampu atau enggan berkomunikasi menggunakan bahasa Aceh, menganggapnya sebagai sesuatu yang ketinggalan zaman.


Sayangnya, seiring berjalannya waktu, kosakata-kosakata khas bahasa Aceh pun perlahan-lahan tergeser dan terlupakan.

Ancaman hilangnya kekayaan bahasa daerah menjadi nyata.


Saatnya kita bersatu untuk melestarikan bahasa daerah, seperti bahasa Aceh, sebagai bagian integral dari identitas bangsa.

Mari kita tingkatkan kesadaran akan pentingnya melestarikan warisan budaya ini agar generasi mendatang dapat terus merasakan kekayaan linguistik dan nilai-nilai yang terkandung dalam bahasa Aceh.(*)

ARTIKEL TERKAIT

Terupdate Lainnya

Iklan: Lanjut Scroll