24 C
id

Cebok Pakai Air dan Cebok Pakai Tisu: Ini Alasannya Orang Barat Lebih Memilih Cebok Pakai Tisu Ketimbang Cebok Pakai Air..

Cebok pakai tisu
Tisu/pixabay


AchehNetwork.com - Dalam dunia urusan toilet dan cebok, perbedaan mencolok muncul antara dua kubu utama: pengguna cebok dengan air dan pengguna cebok dengan tisu. 

Perbedaan ini tampaknya mengikuti pembagian geografis, di mana mayoritas pengguna air berasal dari dunia Timur, sementara masyarakat Barat lebih cenderung menggunakan tisu.

Tentu saja, kebiasaan membersihkan diri setelah buang air besar telah ada sejak zaman dahulu.

Setiap wilayah memiliki cara sendiri dalam membersihkan, dan pada masa tersebut, tisu bukanlah pilihan umum.

Pada masa Romawi abad ke-6 SM, penduduknya menggunakan batu sebagai alat cebok.

Di Timur Tengah, masyarakatnya mengandalkan air untuk membersihkan kotoran, sejalan dengan ajaran agama mereka.

Riset "Toilet hygiene in the classical era" (2012) menemukan bahwa penggunaan tisu sebagai pembersih pertama kali tercatat di China, bukan di dunia Barat. 

China berhasil mengembangkan tisu dari kertas, yang juga pertama kali ditemukan di sana.

Jejak tisu toilet akhirnya mencapai Barat pada abad ke-16, di mana Francois Rabelais dari Prancis menyebutkan tisu toilet, meski ia meragukan efektivitasnya untuk cebok.

Munculnya tisu toilet di Barat diyakini terkait dengan faktor cuaca.

Cuaca dingin di sana membuat masyarakat enggan bersentuhan dengan air, baik dalam kegiatan mandi maupun cebok.

Sementara itu, masyarakat tropis cenderung lebih nyaman bersentuhan dengan air.

Perbedaan ini juga dipengaruhi oleh faktor keagamaan, seperti yang terjadi dalam Islam dan Hindu.

Buzz Feed menjelaskan bahwa popularitas tisu sebagai alat cebok di masyarakat non-tropis berkembang bersamaan dengan munculnya pabrik tisu, terutama setelah inovasi tisu gulung pada tahun 1890.

Namun, selain faktor cuaca, pola konsumsi juga memainkan peran penting. Orang Barat yang mengonsumsi makanan rendah serat menghasilkan kotoran yang lebih sedikit dan kering, sehingga tisu menjadi pilihan utama mereka.

Di sisi lain, masyarakat Asia, Afrika, dan sebagian Eropa cenderung mengonsumsi makanan tinggi serat, menghasilkan kotoran yang lebih basah, sehingga penggunaan air untuk cebok menjadi pilihan yang lebih sesuai.

Meskipun ada perbedaan dalam penggunaan cebok pakai air atau tisu, riset ilmiah telah membuktikan bahwa cebok menggunakan air lebih efektif membersihkan kotoran yang mengandung bakteri dan kuman.

Meski demikian, kebiasaan menggunakan tisu sudah menjadi bagian dari budaya dan terus diwariskan melintasi generasi, menjelaskan mengapa masyarakat Barat cenderung memilih tisu sebagai alat cebok mereka.(*)

ARTIKEL TERKAIT

Terupdate Lainnya

Iklan: Lanjut Scroll