24 C
id

Wisata Jejak Legendaris di Tapak Tuan, Aceh Selatan: Menelusuri Kisah Tuan Tapa dan Keindahan Alam yang Mengagumkan

Tapak tuan tapa aceh selatan
Tapak Tuan Tapa/Foto: The Tapaktuan Post


AchehNetwork.com - Tapak Tuan Tapa di wilayah Aceh tidak hanya sekadar destinasi wisata, tetapi juga merupakan kisah legendaris tentang jejak seorang pertapa yang dihormati dengan sebutan Tuan Tapa.

Terletak sebagai ibu kota Aceh Selatan, tempat ini tidak hanya menjadi situs bersejarah, tetapi juga menawarkan pemandangan luar biasa yang menarik perhatian turis dari berbagai penjuru dunia.

Cetakannya, berupa jejak kaki raksasa sepanjang 2,5 hingga 6 meter, terletak di kaki Gunung Lampu.

Situs yang terletak di Kabupaten Aceh Selatan, Provinsi Aceh ini, menjelma sebagai salah satu permukaan jalan terbesar di dunia.

Para wisatawan tidak hanya datang untuk melihat cetakan besar di pasir, tetapi juga untuk menikmati panorama luar biasa yang disajikan oleh lokasi ini.

Dari kejauhan, mata para pengunjung disuguhi pemandangan perahu nelayan yang mengapung di tengah laut dan pelabuhan kapal semen.

Begitu tiba di gazebo, wisatawan dapat bersantai sambil mendengarkan ombak dan angin laut yang sepoi-sepoi.

Aceh Selatan menjadi destinasi yang mudah diakses baik dengan transportasi umum maupun kendaraan pribadi, menjadikan Tapak Tuan Tapa sebagai tempat wisata yang populer.

Penting bagi pengunjung untuk berhati-hati mendekati Tapak Tuan Tapa, karena bangunan baru dengan tangga telah dipasang untuk memberikan penghalang yang efektif.

Namun, untuk mendekati jejak kaki raksasa yang berbatasan dengan lautan, petualang harus melalui lorong licin berlapis busa laut yang menantang. 

Kewaspadaan tinggi diperlukan, mengingat peringatan tentang bahaya gelombang laut yang dapat menyapu pengunjung yang tidak waspada.

Disebut sebagai Tapak Tuan, tempat ini adalah nama kecamatan di Kabupaten Aceh Selatan, di mana jejak kaki di bibir pantai diyakini sebagai saksi seorang pertapa bernama Tuan Tapa.

Dalam cerita rakyat setempat, jejak kaki raksasa ini dianggap milik seorang pertapa bernama Tuan Tapa, yang dianggap hidup pada masa manusia purba yang lebih besar dari manusia modern. 

Legenda ini menyebutkan bahwa Tuan Tapa hidup sebagai pertapa dengan dua ekor naga yang menjaga anak-anak yang dianiaya.

Cerita lain mengisahkan bahwa Tuan Tapa, yang memiliki tubuh raksasa, adalah bayi naga Asralanoka yang diselamatkan oleh dua naga dewasa di tengah lautan.

Orang tua angkatnya, setelah beberapa tahun, menemukan kembali putrinya dan bersatu kembali dengannya.

Ini memicu pertempuran laut dengan raja yang ingin mengambil kembali putrinya. Tuan Tapa, marah, turun dari gunung pertapannya, menginjak-injak gunung dengan kemarahan, dan bersiap untuk memasuki pertempuran.

Jejak kaki raksasa ini dianggap sebagai saksi ketika Tuan Tapa bersiap untuk melawan musuh-musuhnya dan merebut kembali putri yang diculik.

Setelah memenangkan pertempuran, Tuan Tapa kembali ke pertapaannya di Gua Kalam di kaki gunung desa Jambu Apha. 

Pemudik juga dapat melihat makam Tuan Tapa di Gampong Padang, dekat Masjid Tuo dan MIN (Madrasah Ibtidaiyah), yang dikelilingi oleh pagar beton dengan panjang 15 kaki dan lebar 2 kaki.

Sebuah pengalaman wisata yang tidak hanya memikat mata, tetapi juga mengajak kita menyelami kisah legendaris yang menghiasi Tapak Tuan Tapa.(*)

ARTIKEL TERKAIT

Terupdate Lainnya

Iklan: Lanjut Scroll