24 C
id

Mengenal Sejarah Pulau Muria dan Misteri Selat Muria yang Hilang

Selat Muria
Foto: Net


AchehNetwork.com - Pernahkah Anda membayangkan bahwa wilayah Gunung Muria, Kudus, dan sekitarnya tidak selalu terhubung dengan Pulau Jawa seperti sekarang? 

Ternyata, masa lampau telah menyaksikan sebuah fenomena menarik di mana daerah ini terpisah oleh perairan yang disebut Selat Muria.

Selat Muria, dahulu kala, adalah jalan air yang menghubungkan Pulau Jawa dengan apa yang kini menjadi kawasan Gunung Muria. 

Wilayah ini bukan hanya sekadar tempat berlabuh, tetapi juga pusat perdagangan yang sibuk, dengan kota-kota dagang seperti Demak, Jepara, Pati, dan Juwana yang berperan aktif di dalamnya.

Sebelum abad ke-17, Selat Muria menjadi arteri utama transportasi dan perdagangan yang ramai, menjadi jalur vital bagi ekonomi dan politik. 

Bahkan, dalam catatan sejarah China, Pulau Muria telah menjadi pusat kekuasaan saat Kartikeya Singha memerintah Kalingga, dengan Selat Muria menjadi pusat aktivitas ekonomi dan politik yang penting.

Bukti akan keberadaan Selat Muria masih terasa hingga kini, misalnya dengan penemuan fosil hewan laut di Situs Purbakala Patiayam, Kudus. 

Namun, seiring berjalannya waktu, sekitar tahun 1657, akibat endapan-endapan sungai yang terbawa ke laut, Selat Muria mulai menyempit dan akhirnya tenggelam ke dalam gendang bumi.

Peristiwa ini memicu proses sedimentasi yang terus berlangsung, mengakibatkan penumpukan material di wilayah tersebut. 

Sebagai hasilnya, daratan baru pun terbentuk, dan wilayah Kudus mulai muncul, sejalan dengan berkembangnya kerajaan Mataram kuno.

Sedimentasi terus berlanjut, dengan sungai-sungai yang dulunya mengalir menuju Selat Muria, akhirnya membawa material berpasir dan endapan, mengubah lautan menjadi daratan. 

Dengan laju sedimentasi yang mencapai 30 meter per tahun, Selat Muria akhirnya tertutup dan Pulau Muria bergabung secara permanen dengan Pulau Jawa.

Meski Selat Muria telah lenyap dari peta geografi, bukti-bukti fisik masih tersisa, seperti Sungai Kalilondo yang mengalir dari Juwana hingga ke Ketanjung, serta Sungai Silugunggo di Kabupaten Pati, yang dulunya merupakan bagian dari Selat Muria. 

Di sini juga sering ditemukan reruntuhan kapal dan perahu kuno, serta meriam, menjadi saksi bisu akan keberadaan selat yang kini telah tenggelam itu.

Namun, masa lalu yang kini tenggelam ini masih terasa, terutama saat musim hujan, ketika daerah yang dulunya Selat Muria ini sering dilanda banjir. 

Sebuah jejak yang mengingatkan kita akan perjalanan panjang wilayah ini dari masa lalu hingga kini.(*)

ARTIKEL TERKAIT

Terupdate Lainnya

Iklan: Lanjut Scroll