Achehnetwork.com - Hari ini, tepat 24 tahun yang lalu, dunia kehilangan seorang ulama kharismatik yang dikenal dengan nama Tgk Bantaqiah.

Peristiwa tragis itu terjadi pada Jumat, 23 Juli 1999, di Pesantren Babul Al Nurillah, Desa Blang Meurandeh, Kecamatan Beutong Ateuh, Aceh Barat (kini Nagan Raya).

Bersama dengan puluhan santrinya, Tgk Bantaqiah ditembak secara brutal, meninggalkan trauma panjang bagi warga setempat yang bahkan harus mengungsi.

Kala itu, pesantren yang didiami oleh Tgk Bantaqiah dan santrinya tersebut dikepung oleh 215 personel TNI.

Mereka adalah bagian dari operasi (BKO) Korem 011/Lilawangsa yang terdiri dari pasukan Yonif 131 dan 133, serta didukung oleh satu peleton pasukan Batalyon 328 Kostrad.

Dalam serangan yang mengerikan itu, Tgk Bantaqiah, anaknya, Usman Bantaqiah, dan 54 santri lainnya tewas akibat tembakan brutal.

Tuduhan yang menyebut Tgk Bantaqiah melindungi dan membantu menyimpan persenjataan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) tidak pernah terbukti hingga saat ini.

Sejumlah pihak menuntut agar peristiwa tersebut diakui sebagai pelanggaran HAM Berat.

Saksi mata yang selamat dari peristiwa tersebut menggambarkan bahwa personel TNI yang menyerang sulit dikenali karena wajah mereka dicat hitam.

Akibat aksi kekerasan itu, sekitar 30-an santri tewas dan banyak yang mengalami luka tembak. Sebagian di antaranya diculik dan kemudian dihabisi di tempat lain.

Tahun ini juga menjadi momen kenangan bagi eks Panglima TNI Jenderal (Purn) Andika Perkasa yang pernah bertugas di Aceh saat masa konflik.

Andika, bersama timnya, pernah mendatangi langsung tempat Tgk Bantaqiah bersama santrinya. Sebagai bagian dari operasi, Tgk Bantaqiah dicurigai terkait persenjataan GAM.

Namun, setelah bertemu langsung...

Lanjut Halaman 2..



Namun, setelah bertemu langsung dengan Tgk Bantaqiah, Andika merasa ada ketidaksesuaian dengan informasi yang diterima.

Tgk Bantaqiah yang terlahir dengan kondisi fisik yang tidak sempurna tersebut, sebenarnya terbuka dan membantu memberikan informasi penting kepada tim Andika.

Mereka berhasil menemukan ladang ganja dan tempat persembunyian kelompok bersenjata berkat kerjasama baik tersebut.

Ketika mendengar kabar bahwa Tgk Bantaqiah dihabisi beberapa tahun setelahnya, Andika merasa sangat sedih dan tidak percaya.

Ia menyesalkan tuduhan yang selama ini disandangkan kepada Tgk Bantaqiah, karena ia sendiri telah membuktikan bahwa sosok tersebut bukanlah pelaku yang dicurigai.

Peristiwa itu menjadi kenangan paling memorable bagi Andika selama operasi di Aceh.

Dengan segala fakta yang belum terang benderang, kisah Tgk Bantaqiah tetap menjadi kenangan yang membekas dan menyiratkan secercah kegelisahan akan keadilan dan kemanusiaan.(*)

Dapatkan update berita dan artikel menarik lainnya dari Acheh Network di GOOGLE NEWS

Ikuti kami di Fb Acheh Network Media