24 C
id

Cut Nyak Meutia: Srikandi Aceh yang Berjuang Hingga Titik Darah Penghabisan, Pahlawan Nasional Tapi Pemakamannya Sulit Diakses, Kok Bisa...??

Cut Nyak Meutia
Lukisan Cut Nyak Meutia/Foto: Fb Melawan Lupa


AchehNetwork.com - Selama rentang perang kolonial Belanda di Aceh (1873-1942), peran wanita menjadi faktor kunci dalam menentukan durasi konflik tersebut. 

Mereka tidak hanya menjadi penonton di belakang layar atau mendukung suami dan anak-anaknya, tetapi juga turut angkat senjata dan terlibat langsung di medan perang.

Salah satu tokoh pejuang wanita yang mencolok pada masa itu adalah Cut Nyak Meutia, seorang pahlawan Aceh yang gigih memperjuangkan kemerdekaan tanah airnya.

Cut Nyak Meutia lahir di Keureutoe, Pirak, Aceh Utara pada tahun 1870 dan meninggal syahid di Alue Kurieng, Aceh, pada tanggal 24 Oktober 1910.

Ia bukan hanya menjadi kebanggaan keluarga dan desa, tetapi juga menjadi mutiara berkilau bagi seluruh Nusantara.

Perjuangan Cut Nyak Meutia dimulai ketika suaminya, Teuku Chik Tunong, ditangkap dan dihukum mati oleh Belanda pada bulan Maret 1905.

Setelah itu, Cut Nyak Meutia menikah dengan Pang Nanggroe dan bergabung dengan pasukan Teuku Muda Gantoe. Bersama suami barunya, ia melarikan diri ke hutan saat terjadi pertempuran di Paya Cicem.

Pang Nanggroe gugur pada tanggal 26 September 1910, dan Cut Nyak Meutia melanjutkan perjuangan dengan memimpin pasukan.

Pada tanggal 24 Oktober 1910, dalam pertempuran di Alue Kurieng, Cut Nyak Meutia dan pasukannya bentrok dengan pasukan Belanda.

Dalam pertempuran itu, ia syahid, meninggalkan jejak kepahlawanan yang membara.

Namun, sebelum gugur, ia meninggalkan wasiat untuk anaknya, Teuku Raja Sabi, agar menjaga ibunya.

Setelah kematian Pang Nanggroe, Cut Nyak Meutia terus memimpin perlawanan. 

Strateginya melibatkan serangan gerilya, sabotase terhadap kereta api dan jalur komunikasi, serta taktik jebakan terhadap pasukan Belanda.

Pada tanggal 6 Mei 1907, pasukannya berhasil merebut senjata dan amunisi dari pasukan Belanda dalam serangan di Simpang Ulim.

Namun, pada pertengahan tahun 1909, Belanda mengetahui lokasi pusat perlawanan Cut Nyak Meutia.

Meskipun beberapa penyerangan dilakukan oleh pasukan Belanda, Cut Nyak Meutia terus berpindah tempat, membuat sulit bagi Belanda untuk menangkapnya. 

Pada tanggal 25 September 1910, Pang Nanggroe tewas tertembak dalam serangan Belanda.

Setelah kematian Pang Nanggroe, Cut Nyak Meutia melanjutkan perlawanan bersama pasukan yang dipimpin oleh Teuku Seupot Mata.

Namun, pada tanggal 24 Oktober 1910, dalam pertempuran di Krueng Putoe, Cut Nyak Meutia dan pasukannya menghadapi serangan sengit Belanda.

Di sinilah Cut Nyak Meutia gugur sebagai pahlawan nasional.
Cut Nyak Meutia
Komplek Pemakaman Cut Nyak Meutia/Foto: Fb Melawan Lupa

Meskipun telah diangkat sebagai pahlawan nasional, makam Cut Nyak Meutia sulit diakses karena tidak ada akses jalan yang memadai ke lokasi tersebut.

Namun, semangat perjuangan dan keteguhan hati Cut Nyak Meutia tetap menjadi inspirasi bagi generasi penerus dalam mempertahankan kemerdekaan dan martabat bangsa.(*)

ARTIKEL TERKAIT

Terupdate Lainnya

Iklan: Lanjut Scroll