24 C
id

Syekh Abdurrauf as-Singkili: Ulama dan Penyusun Kitab Penting dalam Sejarah Aceh

Syiah Kuala
Lukisan Syeikh Abdurrauf As-singkili



AchehNetwork.com - Syekh Abdurrauf, yang juga dikenal sebagai Teungku Chik Di Syiah Kuala, adalah seorang ulama terkemuka yang lahir di Singkil pada awal abad ke-17 Masehi.

Meskipun lebih populer dengan gelarnya di Aceh, gelar "al-Singkili" diberikan oleh para sarjana Eropa dari nama asal negerinya Singkil di Aceh karena karya-karya emasnya yang diakui pada masa lampau.

Nama lengkapnya adalah Syekh Abdurrauf bin Ali al-Jawi.

Abdurrauf lahir di Singkil pada awal abad ke-17 M, kemudian berangkat ke Yaman dan Haramain (Mekah-Madinah) pada awal pemerintahan Sultanah Tajul Alam Ratu Safiyatuddin (1641 M).

Saat itu, Aceh sedang dilanda pertikaian antara pengikut Syamsuddin al-Sumatrani dan Nuruddin al-Raniri. Syekh Abdurrauf masih berada di Aceh pada masa Sultan Iskandar Tsani.

Setelah 19 tahun di Arab (1642-1661 M), ia kembali ke Aceh pada tahun 1662 M dan menjabat sebagai Shaykhul Islam, mengisi jabatan yang sebelumnya dipegang oleh ulama-ulama terkemuka seperti Syamsuddin al-Sumatrani dan Syekh Nuruddin al-Raniri.

Selama periode tersebut, terdapat kekosongan jabatan Syaikhul Islam selama 7 tahun setelah Syamsuddin al-Sumatrani meninggal dan sebelum kedatangan Nuruddin al-Raniri, serta 17 tahun setelah kepulangan Nuruddin al-Raniri.

Informasi ini belum banyak diungkapkan oleh para sarjana karena minimnya penelitian terhadap naskah-naskah kuno.


Abdurrauf terkenal sebagai ulama yang mampu membawa perdamaian di Aceh melalui karya-karyanya yang spektakuler di bidang tasawuf, kalam, tafsir, dan fiqh.

Salah satu karya terkenal Abdurrauf adalah kitab Mir’atul Tullab, yang disusun atas permintaan Sultanah Tajul Alam Safiatudin Syah.

Kitab ini memuat hukum fiqih dalam berbagai aspek seperti muamalah (perdata), nikah, warisan, jual beli, dan hukum pidana.

Permintaan Sultanah Safiyatuddin sangat beralasan mengingat kompleksitas masalah yang dihadapi masyarakat Aceh saat itu.

Abdurrauf dikenal sebagai ulama pertama yang menulis tentang fiqh mu’amalat dalam bahasa Melayu, sehingga Mir’atul Tullab menjadi pedoman penting di Kesultanan Aceh dan wilayah sekitarnya.

Selain itu, Abdurrauf juga memiliki karya-karya lain seperti terjemahan Hadits Arba'in karya Imam Al-Nawawi, naskah-naskah tasawuf, dan teks-teks lainnya yang mencakup berbagai bidang ilmu. 

Pengaruh karya-karya Abdurrauf tidak hanya terbatas di Aceh, tetapi juga merambah ke wilayah Melayu-Nusantara dan Filipina.

Karya-karya Abdurrauf memiliki nilai penting dalam penelitian dan pendidikan di Aceh.

Namun, belum banyak upaya yang dilakukan untuk menelaah lebih dalam karya-karya tersebut.

Oleh karena itu, diperlukan kerjasama antara lembaga pendidikan dan pemerintah untuk menggali lebih dalam dan memperkenalkan karya-karya ulama Aceh kepada masyarakat luas.


Karya-karya Syekh Abdurrauf As Singkili


1. Mir'at al-Thullab fî Tasyil Mawa'iz al-Badî'rifat al-Ahkâm al-Syar'iyyah li Malik al-Wahhab: Kitab Hukum Islam.
2. Tarjuman al-Mustafid: Tafsir Al Qur’an yang lengkap berbahasa Melayu.
3. Terjemahan Hadits Arba'in karya Imam Al-Nawawi: Ditulis atas permintaan Sultanah Zakiyyatuddin.
4. Mawa'iz al-Badî': Berisi sejumlah nasihat penting dalam pembinaan akhlak.
5. Tanbih al-Masyi: Memuat pengajaran tentang martabat tujuh dalam tasawuf.
6. Kifayat al-Muhtajin ilâ Masyrah al-Muwahhidin al-Qâilin bi Wahdatil Wujud: Penjelasan tentang konsep wahdatul wujud.
7. Daqâiq al-Hurf: Pengajaran tentang tasawuf dan teologi.
8. Umdatul Muhatajin.
9. Tanda Kiamat.
10. Kasyful Muntadhar.
11. Doa-doa tasawuf.
12. Ilmu kebal dan doa keramat.
13. Daqaiq al-huruf.
14. Berbagai Kitab Tassawuf lainnya, jumlahnya mencapai 40 judul.



Sumber:  Sekretariat MAA

ARTIKEL TERKAIT

Terupdate Lainnya

Iklan: Lanjut Scroll