24 C
id

Kelainan Langka, Bayi Lahir Bermata Satu, Bunda Harus Tahu Penyebabnya!

Bayi lahir bermata satu
Bayi lahir bermata satu/ist


AchehNetwork.com -  Bikin geger masyarakat Indonesia setelah seorang bayi bermata satu dilahirkan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sekayu. 

Namun, kehebohan itu berubah menjadi duka cita ketika bayi tersebut menghembuskan napasnya hanya beberapa jam setelah lahir.

Penyebab pasti dari kondisi kesehatan yang tidak normal pada bayi tersebut masih menjadi tanda tanya besar bagi keluarga dan tim medis yang menanganinya. 

Menurut beberapa dokter, kondisi langka yang dialami bayi tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk virus rubella, penggunaan obat-obatan tertentu, atau paparan merkuri.

Bayi yang lahir dengan satu mata, yang dalam dunia medis dikenal sebagai cyclopia, merupakan salah satu kelainan langka yang jarang terjadi di dunia. 

Cyclopia juga dikenal sebagai alobar holoprosencephaly, sebuah kondisi yang terjadi saat otak depan bayi tidak berkembang dengan sempurna selama dalam kandungan. 

Akibatnya, bayi tersebut lahir dengan satu mata dan seringkali tanpa hidung.

Meskipun merupakan cacat lahir yang sangat jarang, cyclopia terjadi pada sekitar 1 dari 100 ribu bayi yang baru lahir. 

Kasus seperti ini seringkali berujung pada keguguran atau kelahiran bayi yang tidak hidup. 

Bahkan jika bayi tersebut lahir hidup, umumnya hanya mampu bertahan hidup dalam waktu yang sangat singkat, beberapa jam saja, karena masalah serius dalam pembentukan otak dan organ tubuh lainnya sejak awal kehamilan.

Meskipun belum ada penyebab pasti yang diketahui, beberapa faktor risiko telah diidentifikasi oleh para peneliti, salah satunya adalah diabetes gestasional, yang diyakini dapat meningkatkan risiko terjadinya cyclopia pada bayi yang dikandung.

Cyclopia dapat didiagnosis melalui pemeriksaan ultrasonografi (USG) saat bayi masih dalam kandungan, biasanya antara minggu ketiga dan keempat kehamilan. 

Namun, kondisi ini merupakan tantangan besar bagi para orang tua dan tim medis yang merawatnya, karena seringkali tidak ada perawatan yang dapat menyelamatkan nyawa bayi yang lahir dengan cyclopia.

Kasus seperti ini menjadi peringatan bagi masyarakat akan pentingnya pemantauan kesehatan selama kehamilan serta perlunya upaya pencegahan terhadap faktor risiko yang dapat memicu kelainan janin. 

Dengan terus dilakukannya penelitian, diharapkan kita dapat memahami lebih dalam tentang penyebab dan pengobatan kondisi langka ini, sehingga memberikan harapan lebih besar bagi masa depan kelahiran bayi-bayi di Indonesia.(*)

ARTIKEL TERKAIT

Terupdate Lainnya

Iklan: Lanjut Scroll