News
Kiamat dan Makna Mendalam di Balik Mengeringnya Sungai Eufrat: Tanda Eschatology dan Tantangan Lingkungan Global
AchehNetwork.com - Sungai Eufrat telah lama menjadi salah satu elemen penting dalam sejarah dan mitologi Timur Tengah.
Namun, dalam konteks eschatology, atau ajaran tentang akhir zaman, Sungai Eufrat memiliki makna yang lebih dalam.
Dalam banyak tradisi agama, mengeringnya Sungai Eufrat dianggap sebagai salah satu tanda besar akan datangnya kiamat, sebuah peristiwa yang mendahului munculnya gunung emas di tempat yang sama.
Sungai Eufrat, yang mengalir melalui Turki, Suriah, dan Irak, memiliki sejarah panjang sebagai sumber kehidupan dan pusat peradaban kuno.
Namun, menurut berbagai sumber hadis, termasuk catatan Imam Muslim dan Imam an-Nawawi, mengeringnya Sungai Eufrat menjadi bagian dari serangkaian peristiwa yang menandai akhir zaman.
Diriwayatkan dari Ubay bin Ka'ab RA, ia pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda,
لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَحْسِرَ الْفُرَاتُ عَنْ جَبَلٍ مِنْ ذَهَبٍ، يَقْتَتِلُ النَّاسُ عَلَيْهِ، فَيُقْتَلُ مِنْ كُلِّ مِائَةٍ، تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ، وَيَقُولُ كُلُّ رَجُلٍ مِنْهُمْ: لَعَلِّي أَكُونُ أَنَا الَّذِي أَنْجُو
Artinya: "Kiamat tidak akan terjadi sampai al-Furat (Sungai Eufrat) mengering sehingga muncullah gunung emas. Manusia pun saling bunuh untuk memperebutkannya. Dari setiap seratus orang (yang memperebutkannya), terbunuhlah sembilan puluh sembilan orang. Setiap orang dari mereka mengatakan, 'Mudah-mudahan aku-lah orang yang selamat'." (HR Muslim)
Hadis ini mencerminkan keyakinan bahwa peristiwa ekstrim seperti itu akan memicu kekacauan sosial dan pertumpahan darah.
Menurut penafsiran ulama, mengeringnya Sungai Eufrat bisa dimaknai sebagai terbukanya dasar sungai karena airnya surut, yang dapat disebabkan oleh perubahan alam atau aktivitas manusia.
Dalam hadis lain, disebutkan bahwa hampir saja Sungai Eufrat akan terbuka dengan simpanan emas.
Riwayat yang berasal dari Abu Hurairah RA dikatakan Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيرَةَ قالَ: قالَ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم: "يُوشِكُ الفُرَاتُ يَحْسِرُ عن كَنْزِ مِنْ ذّهَبِ، فَمَنْ حَضَرَهُ فَلاَ يَأْخُذْ مِنْهُ شَيْئاً .
Artinya: "Hampir terbuka al-Furat dengan (berisi) simpanan emas. Siapa yang mendatanginya jangan sekali-kali mengambilnya." (HR At-Tirmidzi)
Hal ini menggambarkan bahwa kekayaan yang tersembunyi dalam bumi akan terungkap saat sungai mengering.
Namun, ada juga penafsiran allegoris bahwa gunung emas yang disebutkan dalam hadis bisa saja menjadi simbolis.
Misalnya, gunung emas dapat diartikan sebagai metafora untuk sumber daya alam yang berharga, seperti minyak bumi.
Dalam konteks modern, penafsiran ini mungkin lebih relevan mengingat pentingnya sumber daya energi dalam geopolitik global.
Kendati demikian, tidak bisa diabaikan bahwa Sungai Eufrat dan wilayah sekitarnya menghadapi ancaman serius saat ini.
Menurut laporan dari Center for Strategic and International Studies (CSIS), perubahan iklim telah meningkatkan risiko kekeringan di kawasan Sungai Eufrat.
Suhu yang meningkat dan penurunan curah hujan menimbulkan ancaman serius terhadap kelangsungan hidup sungai ini.
Perdana Menteri Irak, Mohammed Shia' Al Sudani, telah memperingatkan bahwa negara-negara di sepanjang Sungai Eufrat dan Tigris menghadapi "bencana lingkungan" yang parah jika tindakan konkret tidak segera diambil untuk mengatasi perubahan iklim.
Laporan dari Kementerian Sumber Daya Air Irak bahkan memperkirakan bahwa Sungai Eufrat dan Tigris bisa mengering sepenuhnya pada tahun 2040 jika keadaan terus memburuk.
Dalam konteks ini, peringatan tentang mengeringnya Sungai Eufrat sebagai tanda kiamat tidak hanya menjadi pertanda spiritual, tetapi juga merupakan pemanggilan untuk bertindak dalam menghadapi krisis lingkungan global yang semakin mendesak.
Dengan memahami makna mendalam di balik simbolisme tersebut, kita diingatkan akan pentingnya menjaga alam dan sumber daya alam yang menjadi sumber kehidupan bagi manusia dan planet ini.(*)
