24 C
id

Taman Putroe Phang: Jejak Sejarah dan Ruang Kreativitas bagi Generasi Muda Aceh

Taman Putroe Phang
Pinto Khop di Taman Putroe Phang


AchehNetwork.com - Bagi generasi muda Aceh, Taman Putroe Phang bukan sekadar taman kota biasa. Bagi mereka, taman ini adalah tempat di mana kreativitas mereka dapat berkembang dan diwujudkan. 

Namun, bagi sebagian besar masyarakat, taman ini tetap berperan sebagai tempat rekreasi keluarga yang murah meriah.


Di balik perannya sebagai ruang publik yang populer, Taman Putroe Phang menyimpan sebagian kecil dari sejarah gemilang Kesultanan Aceh. 

Bersama dengan situs-situs bersejarah lainnya di sepanjang sungai Krueng Daroy, taman ini menjadi bagian dari kompleks megah Istana Kesultanan Aceh.


Ketika pasukan Belanda menyerang Koetaradja (Banda Aceh), sebagian besar kompleks istana hancur. Akibat serangan tersebut, berbagai peninggalan bersejarah dari masa kejayaan Kesultanan Aceh rusak dan hancur.


Seiring berlalunya waktu, beberapa bagian dari kompleks tersebut berubah fungsi sesuai dengan perkembangan tata kota. 

Meskipun demikian, beberapa bagian yang masih tersisa masih memancarkan kemegahan dari kompleks istana yang dahulu mampu menampung hingga 800 pasukan gajah.


Informasi mengenai kondisi asli kompleks istana ini hanya dapat ditemukan dalam catatan utusan bangsa asing dan karya sastra kuno seperti Bustanus Salatin karya Nuruddin Ar-Raniri. Berdasarkan catatan utusan Kerajaan Perancis, Komplek Istana Dalam Darud Dunya (istana Kesultanan Aceh) memiliki luas lebih dari 2 kilometer persegi.


Kitab Bustanus Salatin menyebutkan bahwa di dalam lingkungan istana terdapat sebuah taman seluas 1000 depa (sekitar 1,5 kilometer persegi) yang dikenal sebagai Taman Ghairah. 

Taman ini dibangun oleh Sultan Iskandar Muda sebagai hadiah untuk permaisurinya, Putroe Phang.


Taman Ghairah ini memiliki sebuah gerbang berkubah yang disebut 'Pinto Khop', berfungsi sebagai penghubung antara istana dan taman. 

Gerbang ini memiliki dimensi 2 x 2 meter persegi dengan ketinggian 3 meter. Arsitektur rongga pintunya berbentuk lengkung busur dengan orientasi barat dan timur, dihiasi dengan motif sulur.


Bagian atas gerbang ini berbentuk kelopak berlapis tiga dengan puncak yang menyerupai mahkota dengan ujung yang meruncing. Secara sekilas, atap ini mengingatkan kita pada arsitektur Gunongan.


Bustanus Salatin juga memberikan gambaran detail mengenai Taman Ghairah yang kini telah lenyap. Dahulu, taman ini dilengkapi dengan miniatur sungai, air terjun, pantai, balai, tebing, kolam, dan tanjung. 

Lebih lanjut, dari beberapa sumber sejarah yang ada, kita mengetahui bahwa area Taman Ghairah saat ini meliputi Gunongan beserta Kandang Baginda (Makam Iskandar Tsani dan Sultanah Safiatuddin), keseluruhan Taman Putroe Phang, sebagian Peucot Kerkhoff, Makam Sultan Iskandar Muda, Kandang Meuh, Kandang 12, Tamansari, dan Museum Tsunami.


Taman Putroe Phang tidak hanya menjadi tempat rekreasi atau ruang kreativitas bagi generasi muda Banda Aceh, tetapi juga sebuah penanda sejarah yang mempertahankan warisan gemilang Kesultanan Aceh bagi generasi mendatang.(*)

ARTIKEL TERKAIT

Terupdate Lainnya

Iklan: Lanjut Scroll