24 C
id

Kapaloe, 89 persen warga Pidie masih BAB sembarangan, Meningkatnya Kasus Difteri, dan Tantangan Penurunan Stunting

 


BAB Sembarangan
Ilustrasi BAB Sembarangan/Foto: rakyatbengkulu.disway.id


Banda Aceh, AchehNetwork.com - Kondisi sanitasi di Pidie, Aceh masih menjadi perhatian serius, dengan hampir 90 persen warganya yang masih melakukan Buang Air Besar (BAB) sembarangan di tempat terbuka.

Data ini diungkapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Aceh, dr. Munawar, dalam pertemuan dengan media pada Senin (11/12/2023).


Dari 731 desa di Pidie, hanya 78 desa atau sekitar 11 persen yang berhasil mencapai status Desa Stop BAB Sembarangan. Artinya, sebanyak 89 persen warga Pidie masih melakukan BAB sembarangan di tempat terbuka per November 2023.

Dilansir dari Serambinews.com, Dr. Munawar mengakui kesulitan mengubah perilaku masyarakat terkait hal ini, tetapi pihaknya terus mendorong agar perlahan-lahan terjadi perubahan.


Upaya untuk mewujudkan Open Defecation Free (ODF) terus dilakukan di desa-desa di Aceh.

Kondisi ini penting untuk mencegah penularan penyakit ke warga lainnya. Saat ini, sekitar 66,65 persen warga Aceh masih melakukan Buang Air Besar Sembarangan (BABS) di tempat terbuka.

Kabupaten Gayo Lues menjadi yang tertinggi dengan tingkat praktik BAB sembarangan mencapai 97 persen, diikuti oleh Aceh Selatan dan Aceh Barat Daya (Abdya) yang sama-sama mencapai 92 persen.


Dalam konteks kesehatan, dr. Munawar juga menyoroti peningkatan kasus difteri dan campak di Aceh. Menurutnya, rendahnya tingkat imunisasi pada bayi setelah pandemi Covid-19 menjadi penyebab utama.

Banyak orang tua yang menolak imunisasi karena khawatir dengan dampak vaksin, meskipun dr. Munawar menjelaskan bahwa reaksi seperti demam tinggi setelah vaksin sebenarnya merupakan tanda positif dalam pembentukan imun tubuh.


Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Aceh, dr. Iman Murahman, menambahkan bahwa kasus difteri telah meningkat di Aceh, mencapai 30 kasus dengan tiga kematian pada Oktober 2023.

Peningkatan kasus ini terjadi di beberapa kabupaten/kota seperti Pidie, Banda Aceh, Aceh Besar, dan Aceh Jaya.


Sementara itu, penurunan kasus stunting di Aceh hanya sebesar 1 persen antara 2021-2022, menurut Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinkes Aceh, dr. Sulasmi.

Target penurunan stunting pada tahun 2024 sebesar 14 persen. Upaya dilakukan dengan mengintervensi kasus-kasus stunting melalui konsumsi tablet tambah darah oleh remaja putri dan ibu hamil, serta memastikan anak-anak menghadiri posyandu setiap bulannya untuk diukur dan ditimbang.


Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Lokal juga menjadi fokus Dinkes Aceh, dengan alokasi dana langsung ke puskesmas untuk menyisir balita dan Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK).

PMT diberikan sebagai tambahan di antara waktu makan sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan gizi dengan protein hewani tinggi.


Kunjungan ke Dinkes Aceh oleh Serambi Indonesia, yang melibatkan Pemimpin Redaksi Zainal Arifin M Nur, Wakil Pemimpin Perusahaan Firdaus Darwis, Manajer Iklan Hari Teguh Patria, dan Wakil Manajer Iklan Kurniadi, merupakan bagian dari upaya media tersebut untuk mendorong peningkatan kesehatan di masyarakat Aceh, terutama dalam menekan angka stunting.(*)

Sumber: Serambinews.com

ARTIKEL TERKAIT

Terupdate Lainnya

Iklan: Lanjut Scroll