24 C
id

Sapi Merah Tanda Akhir Zaman Versi Yahudi dan Pandangan Islam, Begini Penjelasan Buya Yahya..

Sapi Merah Yahudi
Sapi Merah Tanda Akhir Zaman Versi Yahudi dan Pandangan Islam/tangkapan layar YT Al Bahja/Net


AchehNetwork.com - Di tengah-tengah gema kepercayaan dan mitos yang berkembang, keberadaan sapi merah betina, atau yang dikenal dengan sebutan Red Heifer, telah menjadi subjek perdebatan yang hangat, terutama dalam konteks keyakinan umat Yahudi di Israel. 

Bagi sebagian, sapi merah ini dianggap sebagai pertanda penting akan akhir zaman atau kiamat.

Baru-baru ini, lima ekor sapi merah dari jenis Red Angus telah tiba di Israel setelah menempuh perjalanan yang tidak singkat, mencapai jarak sekitar 11.256 kilometer dari Texas, Amerika Serikat. 

Namun, apa sebenarnya makna di balik keberadaan sapi merah ini?

Menurut keyakinan Yahudi, sapi merah betina memiliki peran penting dalam realisasi mimpi mereka untuk membangun kembali Kuil Ketiga di Yerusalem. 

Namun, untuk mencapai tujuan tersebut, mereka percaya bahwa Masjid Al Aqsa harus dihancurkan terlebih dahulu.

Rencananya, Kuil Ketiga, yang juga dikenal sebagai Kuil Solomon, akan dibangun di atas kompleks Masjid Al Aqsa. 

Dipercayai bahwa setelah Kuil ini berdiri, Mesias akan turun, menjadi tanda dari akhir zaman atau kiamat bagi umat Yahudi.

Namun, pandangan tentang sapi merah tidaklah seragam. 

Dalam Islam, keyakinan akan sapi merah tidak ada. 

Salah satu ulama terkemuka Indonesia, Buya Yahya, menjelaskan bahwa sapi merah hanya merupakan keyakinan dalam agama Yahudi dan tidak memiliki relevansi dalam ajaran Islam mengenai kiamat.

Menurut ajaran Islam, kiamat sendiri terbagi menjadi dua, yaitu kiamat sugra (kecil) dan kiamat kubro (besar), yang ditandai dengan serangkaian peristiwa seperti keluarnya Yakjuj Makjuj, matahari terbit dari barat, kemunculan Dajjal, serta turunnya Nabi Isa dan Imam Mahdi.

“Alamat tanda kiamat yang diajarkan Nabi Isa adalah sama seperti yang diajarkan Nabi Muhammad. Tanda-tanda kiamat yang diajarkan Nabi Musa sama, karena Nabi Musa itu hanya bersumber dari ajaran Allah yang harus kita yakini,” ucapnya.

Buya Yahya menegaskan bahwa tanda-tanda kiamat yang diajarkan dalam Islam tidak termasuk sapi merah. 

Namun, kepercayaan ini digunakan oleh sebagian ekstremis Yahudi sebagai justifikasi untuk mengklaim tanah Palestina dengan menghancurkan Masjid Al Aqsa dan membangun kembali Kuil Solomon.

Kekhawatiran muncul bahwa kehadiran sapi merah dapat dimanfaatkan sebagai alasan untuk menindas kaum Muslim di Palestina. 

Namun, penting untuk dicatat bahwa tidak semua Yahudi memiliki pandangan yang sama dalam hal ini.

Dengan demikian, dalam konteks sapi merah betina, perbincangan antara keyakinan agama dan realitas politik menjadi semakin kompleks. 

Bagi umat Yahudi, sapi merah mungkin merupakan simbol penting dari harapan akan masa depan spiritual mereka, namun bagi banyak orang lain, hal ini dapat menjadi pemicu konflik yang lebih besar.(*)

ARTIKEL TERKAIT

Terupdate Lainnya

Iklan: Lanjut Scroll