24 C
id

Julian Assange dan Wikileaks: Dampak Konsekuensi Dari Mempertaruhkan Kebenaran

 

Julian Assange dan Wikileaks: Dampak Konsekuensi Dari Mempertaruhkan Kebenaran
Pendiri Wikileaks Julian Assange (Foto: PA Media)
Julian Assange adalah pendiri WikiLeaks, sebuah situs web yang menyediakan platform bagi whistleblower untuk mengungkap informasi rahasia dari pemerintah dan organisasi besar. Assange telah menjadi salah satu tokoh paling kontroversial dalam dunia jurnalisme investigatif, dianggap oleh beberapa orang sebagai pahlawan dan oleh orang lain sebagai pengkhianat. Artikel ini akan mengulas kisah hidup Assange, dari awal karirnya hingga ditangkap oleh polisi.

Awal Karir

Julian Assange, seorang aktivis dan jurnalis asal Australia, menghabiskan masa kecilnya dalam pelarian bersama ibunya karena hubungannya yang dipenuhi kekerasan dengan seorang musisi. Pada usia 18 tahun, Assange menjadi ayah dan kemudian berpisah dengan istrinya pada tahun 1991 setelah insiden di mana polisi menyerang dan membawa putranya. Assange kemudian melakukan gugatan atas pengaturan hak asuh anaknya hingga tahun 1999.

Bersama ibunya, Assange membentuk kelompok aktivis bernama Penyelidikan Orang Tua terhadap Perlindungan Anak yang memfokuskan pada pembuatan bank data tentang isu hak asuh anak di Australia.

Pada tahun 1991, Assange dan beberapa temannya yang juga seorang hacker, melakukan peretasan terhadap jaringan terminal Nortel, sebuah perusahaan telekomunikasi Kanada. Ia dinyatakan bersalah atas 25 dakwaan yang dikenakan dan harus membayar denda sejumlah ribuan dolar kepada pemerintah Australia, namun tidak dipenjara.

Assange mengambil beberapa kursus di enam universitas dan mempelajari beberapa bidang seperti fisika, matematika, filosofi, dan neurosains. Ia bekerja sebagai perancang program perangkat lunak yang mengatur keamanan komputer di Australia dan luar negeri. Ia juga ikut menciptakan Rubberhose deniable encryption, suatu sistem kriptografi yang dibuat untuk melindungi data sensitif di lapangan dan menjadi salah satu tokoh kunci dalam gerakan pembebasan perangkat lunak.

Pendirian WikiLeaks

Pada tahun 2006, Julian Assange mendirikan WikiLeaks bersama sekelompok aktivis hak asasi manusia dan jurnalis investigatif. Tujuan WikiLeaks adalah untuk memungkinkan para whistleblower untuk mengungkap informasi rahasia dari pemerintah dan organisasi besar, tanpa takut dibalas dengan tindakan hukum atau penganiayaan.

WikiLeaks menjadi terkenal pada tahun 2010, ketika mereka mempublikasikan video dari serangan udara Amerika Serikat di Baghdad yang menewaskan warga sipil, termasuk dua jurnalis Reuters. Video tersebut direkam oleh tentara Amerika Serikat dan dipublikasikan oleh WikiLeaks dengan nama "Collateral Murder".

Setelah itu, WikiLeaks menerbitkan sejumlah dokumen rahasia dari pemerintah Amerika Serikat, termasuk catatan perang Afghanistan dan Irak, dan dokumen rahasia tentang hubungan diplomatik AS dengan negara-negara lain. Dokumen-dokumen tersebut diungkapkan oleh para whistleblower, termasuk Bradley (sekarang Chelsea) Manning dan Edward Snowden.

Penganiayaan Hukum dan Penangkapan

Karena pekerjaan WikiLeaks yang kontroversial, Julian Assange menjadi target pemerintah Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya. Pada tahun 2010, Interpol mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Assange atas tuduhan pemerkosaan dan pelecehan seksual di Swedia. Assange membantah tuduhan tersebut dan melarikan diri ke kedutaan Ekuador di London, Inggris pada tahun 2012, di mana dia mengajukan permohonan suaka politik.

Selama bersembunyi di kedutaan Ekuador, Assange tetap aktif dalam kegiatan WikiLeaks, mempublikasikan dokumen-dokumen rahasia seperti email dari Komite Nasional Demokrat Amerika Serikat selama kampanye pemilihan presiden Amerika Serikat tahun 2016. Namun, dia juga mengalami kesulitan, termasuk terputusnya akses ke internet di kedutaan Ekuador pada tahun 2018.

Pada tanggal 11 April 2019, setelah lebih dari tujuh tahun bersembunyi di kedutaan Ekuador, polisi Inggris menangkap Julian Assange atas permintaan AS. Dia dituduh melanggar Undang-Undang Spionase Amerika Serikat karena membocorkan dokumen-dokumen rahasia. Assange menghadapi kemungkinan hukuman penjara 175 tahun jika dijatuhi hukuman di AS.

Setelah ditangkap, Assange dipindahkan ke penjara di Inggris dan menjadi objek perhatian publik dan media internasional. Beberapa kelompok hak asasi manusia dan jurnalis mendukung Assange dan mengkritik penangkapannya, sementara pihak lain menganggap Assange sebagai pengkhianat dan penjahat.

Pada bulan Februari 2020, pengadilan Inggris memutuskan bahwa Assange tidak dapat diekstradisi ke AS karena kesehatannya yang buruk dan risiko bunuh diri. Namun, pada bulan Januari 2021, putusan tersebut dibalikkan dan Assange dapat diekstradisi ke AS. Assange mengajukan banding terhadap keputusan tersebut, dan proses pengadilan masih berlangsung hingga saat ini.

Kontroversi dan Kritik

Julian Assange telah menjadi tokoh yang sangat kontroversial dalam dunia jurnalisme investigatif. Dia dianggap oleh beberapa orang sebagai pahlawan yang berani mengungkapkan kebenaran tentang kejahatan pemerintah dan organisasi besar, sementara orang lain menganggapnya sebagai pengkhianat dan bahaya bagi keamanan nasional.

Beberapa kritik terhadap Assange meliputi penyalahgunaan posisi kekuasaan dalam hubungan seksual, pengungkapan dokumen rahasia yang dapat membahayakan nyawa orang-orang dan keamanan nasional, serta pengaruh negatifnya terhadap hubungan diplomatik antara negara-negara.

Namun, pendukung Assange berpendapat bahwa tindakan-tindakannya membantu mendorong transparansi dan akuntabilitas pemerintah dan organisasi besar, serta memperlihatkan kebenaran yang seharusnya diketahui oleh masyarakat. Mereka juga berpendapat bahwa penuntutan terhadap Assange adalah upaya untuk membungkam suara-suara yang kritis terhadap pemerintah dan korporasi.

Kesimpulan

Julian Assange adalah pendiri WikiLeaks, sebuah situs web yang menyediakan platform bagi whistleblower untuk mengungkap informasi rahasia dari pemerintah dan organisasi besar. Dia telah menjadi salah satu tokoh paling kontroversial dalam dunia jurnalisme investigatif, dianggap oleh beberapa orang sebagai pahlawan dan oleh orang lain sebagai pengkhianat.

Assange menjadi target pemerintah Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya karena pekerjaan WikiLeaks yang kontroversial. Setelah bersembunyi di kedutaan Ekuador di London selama tujuh tahun, dia ditangkap pada tahun 2019 atas permintaan AS dan menghadapi kemungkinan hukuman penjara 175 tahun. Proses pengadilan masih berlangsung hingga saat ini.

Julian Assange dan WikiLeaks telah memicu debat tentang transparansi dan akuntabilitas pemerintah dan organisasi besar, serta kebebasan pers dan hak asasi manusia. Apakah kebebasan pers dapat dipertahankan jika seseorang dapat dikenakan tuntutan kriminal karena mengekspos kejahatan pemerintah atau korporasi? Apakah tindakan WikiLeaks dapat dianggap sebagai bentuk aktivisme politik atau sebagai kejahatan?

Sementara beberapa orang memandang Assange sebagai pahlawan yang membantu mengungkapkan kebenaran yang seharusnya diketahui oleh masyarakat, yang lain melihatnya sebagai pengkhianat yang membahayakan nyawa orang-orang dan keamanan nasional. Kontroversi ini mungkin tidak pernah berakhir, tetapi penting bagi kita untuk terus mempertanyakan dan mengevaluasi keterbukaan dan akuntabilitas pemerintah dan organisasi besar dalam masyarakat kita.

Dalam dunia yang semakin kompleks dan saling terkait, informasi memiliki kekuatan yang besar dan penting bagi keputusan yang diambil oleh pemerintah, bisnis, dan masyarakat secara umum. WikiLeaks dan Julian Assange telah mengungkap informasi penting tentang kejahatan dan korupsi yang seharusnya diketahui oleh masyarakat, dan hal ini menjadi sangat penting dalam menjaga akuntabilitas dan transparansi di seluruh dunia.

Namun, penting juga untuk diingat bahwa pengungkapan informasi rahasia yang dapat membahayakan nyawa orang-orang atau keamanan nasional bukanlah tindakan yang dapat dibenarkan. Kita harus mempertimbangkan dengan hati-hati pengaruh dan konsekuensi dari tindakan kita, dan memastikan bahwa tindakan kita tidak membahayakan orang lain.

Dalam banyak kasus, aktivis dan jurnalis harus mempertaruhkan reputasi, keamanan pribadi, dan bahkan kebebasan mereka sendiri untuk memperjuangkan kebenaran dan keadilan. Julian Assange adalah salah satu contoh yang paling menonjol dari aktivis yang mengejar kebenaran dengan cara yang kontroversial, dan walaupun pandangan tentang tindakan-tindakannya sangat beragam, ia terus memicu diskusi penting tentang kebebasan pers, keterbukaan, dan akuntabilitas dalam masyarakat kita.[]

Ohya, Sahabat Pembaca.. Jika kalian punya cerita unik, artikel menarik, tips berguna atau pun berita kejadian terkini, Silakan kirim ke Admin Acheh Network..!!
Whatsapp:
0812-6537-7302 (Pesan saja/tidak menerima panggilan telepon)

ARTIKEL TERKAIT

Terupdate Lainnya

Tinggalkan Komentar Anda

Iklan

REKOMENDASI UNTUK ANDA